Blog

Inspirasi Mentor

Pendengar Baik Untuk Sekitarmu

Pendengar

Pendengar Baik Untuk Sekitarmu

Spread the love

Hallo Sobat SHI!

Pernakah sobat SHI menjadi “tempat curhat” bagi orang lain? Jika iya, pernahkah bertanya-tanya bagaimana aku harus bersikap? Jawabannya sederhana. Jika sobat riset tidak dimintai pendapat untuk memberikan solusi, cukuplah menjadi pendengar yang baik.

Mendengar dan mendengarkan merupakan dua istilah yang tampak sama, namun sebenarnya sangat berbeda. Mendengar hanya menggunakan indra telinga, tanpa benar-benar memasukannya ke dalam hati dan memprosesnya di dalam pikiran. Sedangkan mendengarkan, melibatkan indra telinga secara utuh, memprosesnya di dalam pikiran, serta sepenuhnya hadir untuk mendengarkan. Proses “mendengarkan” ini seringkali disebut sebagai active listening atau mendengarkan aktif. Dengan menjalankan proses active listening, kita sebagai pendengar sepenuhnya fokus pada cerita dan berupaya untuk memahami cerita yang disampaikan.

Secara teknis, bagaimana menjalankan active listening sehingga kita dapat menjadi pendengar yang baik?

Pertama, mulailah dengan memancing keterbukaan. Sobat riset dapat memberikan umpan balik atas kondisi teman, seperti dengan bertanya “Hari ini kamu kelihatan murung, ada apa?”. Jika teman tambak sulit untuk bercerita, sobat SHI dapat memberikan dukungan dan pemahaman, seperti “Kalau sekarang belum nyaman untuk cerita nggakpapa kok, tapi kalau besok kamu sudah siap dan butuh teman, aku akan ada untuk mendengarkan kok”.

Kedua, berikan respon secara verbal maupun non-verbal agar teman merasa nyaman dan terus menyampaikan ceritanya. Secara verbal, sobat SHI dapat memberikan respon pendek seperti “Lalu?/ Hmm.. aku mengerti/ Selanjutnya bagaimana?/ Iya yaaa betul/ Mm.. kamu kuat ya” dan berbagai respon pendek lainnya. Secara non-verbal, sobat riset dapat menunjukan ekspresi wajah yang simpatik sesuai dengan konteks cerita. Kontak atau tatapan mata juga akan lebih baik jika tetap fokus. Gerakan tubuh dan kepala upayakan secukupnya dan tidak berlebihan, agar teman tetap nyaman ketika bercerita.

Ketiga, sobat riset dapat membantu teman merasa lebih baik dengan memberikan validasi dan penguatan.  Misalnya menghargai perspetkif dan sudut pandang teman yang bercerita dengan menyampaikan bahwa, merasa sedih bukanlah suatu kesalahan, jadi tidak apa-apa jika sesekali merasa sedih atau marah.

Lalu bagaimana jika teman yang bercerita meminta solusi dari kita?

Sobat SHI dapat perlahan-lahan membantu teman untuk menyederhanakan masalah dengan merangkum (summarize) cerita yang disampaikan. Agar tidak terjadi kesalahan, sobat riset dapat mengklarifikasi hasil rangkuman tersebut terlebih dahulu. Setelah itu, sobat riset dapat memberikan pertanyaan reflektif yang memungkinkan teman untuk merasa lebih tenang dan memikirkan kembali tentang apa yang dirasakan dan masalah yang dihadapi. Misal dengan menyampaikan “Jadi ketika kamu sedang overthinking seperti kemarin, hal apa yang biasanya kamu lakukan/ Apakah dengan hanya memendamnya, masalah tersebut dapat selesai sendiri?”.

Terakhir, sobat riset dapat mengajak teman untuk bersama-sama mengeksplorasi pilihan yang ada sebagai solusi. Misalnya dengan menyampaikan “Oke jadi biasanya kamu tidur, menulis diary, lalu butterfly hug yaa, dari ketiga pilihan tersebut, mana yang paling nyaman untuk membuatmu merasa tenang?”.

Sebagai penutup, menjadi pendengar yang baik bukanlah sesuatu yang mudah. Butuh proses, pembelajaran, dan percobaan berulang kali untuk dapat benar-benar memahaminya. Namun pada intinya, proses mendengarkan merupakan proses “berfokus pada lawan bicara”, bukan pada diri sendiri.

Penulis : Eva Rahman

Science Hunter Indonesia

Muda Berkarya, Prestasi Luar Biasa

Wishlist 0
Open wishlist page Continue shopping