Blog

Inspirasi Mentor

Rajin atau Cerdas?Cerita Mahasiswa Kedokteran #Edisi Brand Ambassador SHI

WhatsApp Image 2021-06-14 at 12.24.01

Rajin atau Cerdas?Cerita Mahasiswa Kedokteran #Edisi Brand Ambassador SHI

Spread the love

Halo, Peneliti Muda!
Tidak henti-hentinya nih blog Science Hunter Indonesia hadir untuk memberikan serangkaian kisah-kisah inspiratif baik dari para mentor maupun sobat SHI terpilih. Pada postingan kali ini, ada cerita dari salah satu Brand Ambassador SHI yang juga merupakan mahasiswi kedokteran: Ka Sri Handayani. Yuk, kita simak!


Kuliah itu jangan terlalu pintar, cukup lulus aja, tetapi jangan terlalu bodoh juga nanti susah lulusnya. Jika terlalu pintar, nanti balik ke kampus akan jadi dosen, nah kalo sekedar lulus saja nanti balik ke kampus bakalan jadi donator (Basuki Tjahaja Purnama).

Sebuah kata-kata yang sering sekali aku dengar ketika SMA. Kehidupan SMA yang begitu luar biasa, perolehan prestasi, medali bahkan untuk tidur saja memikirkan “besok pelajarannya ada kuis tidak ya? kalau dapat 100 aku bakal beli seblak depan sekolah” sesederhana itu dulu pemikiran mengenai aktualisasi kemampuan diri.

Semakin dewasa, semakin paham bahwa aktualisasi diri adalah “dengan menerima kekurangan dan menjadikannya tameng untuk melawan pesaing”. Diterima sebagai mahasiswa kedokteran di salah satu universitas terbaik di Indonesia menjadi alasan mengapa aku memilih menjadi orang rajin. Bicara cerdas mungkin bukan sebuah pilihan, melainkan keharusan. Banyak anak muda yang bertanya “di kedokteran anaknya pintar semua ya?” aku bisa bilang iya, bisa juga tidak. Banyak yang bertahan dengan bekerja keras belajar dari pagi ke subuh hanya ingin mendapatkan nilai A dan predikat cumlaude. Semuanya punya motivasi yang berbeda-beda tentunya.


Seperti profesi lainnya, pun begitu juga dengan calon dokter. Menjadi seorang dokter berarti harus siap dengan segala konsekuensi yang ada. Tidak tidur malam misalnya, hanya untuk lebih banyak membaca supaya posisi aman dan tidak mengulang. Semuanya ini dilakukan tidak hanya sebatas perjuangan menuntaskan studi, tetapi juga bagaimana memperdalam pengenalan tentang pentingnya menyelamatkan hidup seseorang. Aku semakin terbekali dengan pemikiran bahwa hidup bukan hanya untuk dirimu, tetapi juga untuk sosialmu. Dan kesemuanya membutuhkan kemampuan bertahan dan mental yang luar biasa. Kita juga harus pandai membagi waktu antara bermain, organisasi dan tentunya belajar. Kenapa? karena setiap apa yang kamu lakukan setiap hari itu menentukan bagaimana kamu di akhir. Bukankah lebih baik berjalan daripada berlari dengan tergesah-gesah?

Tentu kamu sudah tidak asing dengan istilah SKS atau Sistem Kebut Semalam. Metode ini jelas tidak berhasil jika dilakukan termasuk bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran karena gak akan membantu sama sekali. Pun aku yakin begitu juga dengan apapun bidang studimu, kita bisa merutinkan diri untuk belajar setiap hari. Sebaik-baiknya kuantitas, kualitas akan tetap jauh lebih berharga.


Tulisan ini aku buat untuk menjadi teman cerita untuk kalian yang mungkin merasa jatuh dan bangun hanya milik kalian. Tulisan ini aku buat untuk menjadi pengingat bagi kita semua bahwa ketika kita tidak ditakdirkan menjadi orang yang cerdas, maka kita masih punya pilihan menjadi orang yang rajin. Apapun bidang studimu, apapun hobimu, tekuni dan yakinkan diri bahwa ketika kamu berjuang, maka selalu ada hasil positif yang dapat dirasakan, setidaknya pengkayaan mental dari hari ke hari.

It’s not that I’m so smart, it’s just that I stay with problems longer – Albert Einstein

Science Hunter Indonesia

Muda Berkarya, Prestasi Luar Biasa

Wishlist 0
Open wishlist page Continue shopping